Sunday 2 June 2019

Pelemahan Harga-harga Minyak Angkat Rupiah Menjadi Rp14.269 Per Dolar AS

Pelemahan Harga-harga Minyak Angkat Rupiah Menjadi Rp14.269 Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp. 14.269 per dolar AS pada hari Jumat (31/5). Rupiah menguat 0,98 persen dibandingkan dengan Rabu (29/5).

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Spot Dollar Spot (Jisdor BI) menempatkan rupiah pada Rp14.385 per dolar AS. Posisi ini naik 32 poin dari Rabu (29/5) menjadi Rp14.417 per dolar AS.

Di kawasan Asia, rupiah kompak menguat dengan mayoritas mata uang negara lain. Yen Jepang menguat 0,74 persen, baht Thailand 0,45 persen, dolar Singapura 0,13 persen, dan peso Filipina 0,06 persen.

Pelemahan Harga-harga Minyak Angkat Rupiah Menjadi Rp14.269 Per Dolar AS


Kemudian, rupee India naik 0,06 persen, dolar Hong Kong 0,05 persen, dan ringgit Malaysia 0,04 persen. Meski begitu, yuan China stagnan. Sementara won Korea Selatan melemah 0,15 persen.

Begitu juga dengan mata uang di negara maju, yang mayoritas kuat. Frans Swiss 0,3 persen, euro 0,18 persen, dolar Australia 0,11 persen, dan pound Inggris 0,01 persen. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,54 persen dan dolar Kanada minus 0,27 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah disebabkan oleh pengaruh kondisi ekonomi global dan domestik. Dari perspektif global, rupiah berhasil menguat karena indeks dolar AS benar-benar jatuh karena sentimen penurunan harga minyak mentah dunia.

Ini terjadi karena Administrasi Informasi Energi AS memperkirakan bahwa pasokan minyak AS turun sekitar 300 ribu barel menjadi 476,5 juta barel. Bahkan, konsensus pasar yang dikumpulkan oleh Reuters menunjukkan hingga minus 900 ribu barel.

Menurut Ibrahim, penurunan harga serta alokasi pasokan minyak mentah terjadi karena perang perdagangan AS-Cina. Ketegangan antara kedua negara mempengaruhi kelancaran fungsi rantai pasokan global, arus perdagangan, dan investasi.

Sementara untuk minggu depan, Ibrahim memperkirakan rupiah masih bisa naik. Prediksinya adalah bahwa rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.180-14.315 per dolar AS.

Sebaliknya, analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi menentang melihat penguatan rupiah oleh sentimen domestik, yang merupakan intervensi oleh bank sentral nasional. Alasannya adalah arus keluar modal Indonesia telah terganggu, alias keluarnya modal dalam beberapa saat terakhir.

Ini, lanjutnya, membuat bank sentral mengeluarkan kebijakan di pasar uang dengan membeli obligasi yang diterbitkan oleh orang asing. Tujuannya adalah untuk mengontrol likuiditas di pasar uang dan nilai tukar rupiah.

"Ada intervensi dari BI karena penguatannya yang tiba-tiba. Bahkan, kondisi global muncul sebagai sentimen safe haven," jelasnya.

Untuk minggu depan, Dini memperkirakan bahwa rupiah juga masih memiliki ruang untuk mendapatkan kenaikan. Dia memproyeksikan rupiah bisa bergerak di kisaran Rp14.180-14.330 per dolar AS.

Menurutnya, sentimen yang akan menggambarkan pergerakan rupiah minggu depan, yaitu rilis data NFP AS yang merilis perlambatan ekonomi di negara Paman Sam. Jika data tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, tidak mungkin.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Support