Sunday 28 April 2019

Langkah Retaliasi Terhadap Uni Eropa Dinilai Tepat

Langkah Retaliasi Terhadap Uni Eropa Dinilai Tepat
Langkah-langkah Indonesia dan beberapa negara ASEAN yang menolak diskriminasi perdagangan yang dilakukan oleh Uni Eropa dipandang sebagai langkah positif. Tindakan pembalasan atau tindakan pembalasan dianggap tepat untuk memberi sinyal kepada Uni Eropa.

Strategi yang dipromosikan oleh Menteri Perdagangan (Menteri Perdagangan) Enggartiasto Lukita dan sejumlah menteri perdagangan ASEAN untuk menolak diskriminasi oleh Uni Eropa juga dianggap tepat karena secara bersamaan melindungi kepentingan ekonomi Indonesia.

"Saya melihat perlunya resistensi terhadap upaya Uni Eropa untuk mencegah produk dari Indonesia," katanya

Pengamat ekonomi dari INDEF (Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Keuangan) Eko Listiyanto, dalam keterangan persnya diterima di Jakarta, Minggu 28-04-02019

Langkah Retaliasi Terhadap Uni Eropa Dinilai Tepat


Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyerukan langkah ke arah kebijakan proteksionis Uni Eropa yang dianggap diskriminatif terhadap beberapa produk dari Asia Tenggara. Produk tersebut adalah minyak kelapa sawit mentah yang merupakan komoditas dari Indonesia dan Malaysia.

Uni Eropa melakukan diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit mentah dan turunannya melalui Kebijakan Energi Terbarukan (RED) II dan Penggunaan Tanah Tidak Langsung (ILUC). Produk lain yang mendapat diskriminasi adalah beras dari Myanmar dan Kamboja.

Uni Eropa telah menerapkan perlindungan khusus untuk beras yang diproduksi oleh kedua negara. Sementara itu, peraturan tersebut tidak berlaku untuk beras dari negara lain.

Kebijakan Uni Eropa, terutama yang berkaitan dengan kelapa sawit, dipandang sebagai bentuk upaya untuk melindungi produk minyak nabati yang diproduksi oleh wilayah tersebut. Karena minyak nabati yang diproduksi di kawasan Eropa tidak mampu mengalahkan CPO yang memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi, membuatnya lebih efisien.

"Bahkan dalam tampilan biasa, produktivitas CPO kami lebih tinggi dari bunga matahari," kata Eko.

Eko mengatakan bahwa pembalasan perdagangan menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak. Namun, tanpa perlawanan apapun dikhawatirkan diskriminasi oleh Uni Eropa akan lebih kuat.

Namun, Eko mengingatkan, diperlukan kehati-hatian dalam menyiapkan langkah-langkah balasan, termasuk memilih produk yang akan dibatasi impor, sehingga hambatan tersebut cukup untuk memberikan sinyal kuat bagi Uni Eropa.

"Produk itu tidak harus menjadi produk berteknologi tinggi, bisa jadi produk minuman makanan. Selain itu, perlu juga memperhatikan tingkat permintaan untuk produk ini di dalam negeri," kata Eko.

Eko juga menekankan bahwa perlunya langkah-langkah untuk melakukan resistensi lunak adalah dengan meningkatkan studi dan penelitian sebagai dasar untuk argumen dalam membela industri minyak sawit.

Menurut Eko, langkah itu juga dilakukan oleh Uni Eropa dalam mendiskriminasi industri kelapa sawit. Berbagai penelitian dan penelitian akademik dilakukan sebagai dasar argumen Uni Eropa terhadap minyak sawit dan produk turunannya, termasuk studi tentang dampak industri minyak sawit terhadap lingkungan.

"Dengan adanya penelitian dan studi yang cukup untuk membela industri kelapa sawit, akan ada ruang untuk argumen tentang pendapat mana yang lebih tepat," kata Eko.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Apindo, Danang Girindrawardana menyatakan apresiasinya atas keberanian pemerintah. Langkah ini diyakini bisa menggertak kesombongan Benua Biru untuk memikirkan kembali larangan itu.

Danang menjelaskan, kebijakan pemerintah membalas produk minuman beralkohol dari Eropa disambut hangat. Karena larangan kelapa sawit cukup mengganggu.

"Itu adalah pengusaha yang bahagia dengan keputusan ini. Kami yakin itu akan baik untuk seluruh perekonomian Indonesia," kata Danang.

Danang menyarankan agar pemerintah lebih agresif membalas berbagai produk lain dari Eropa yang selama ini membanjiri Indonesia.

"Salah satunya adalah Indonesia, yang juga dapat retital produk transportasi berteknologi tinggi dari Uni Eropa," pungkas Danang.

Jangan Lupa Di Share Iyah... ^-^ ^.^ ^_^
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Support